Jumat, 14 November 2008

Resiko Rokok Terhadap Perematur

RISIKO ASAP ROKOK DAN OBAT-OBATAN TERHADAP KELAHIRAN PREMATUR DI RUMAH SAKIT ST. FATIMAH MAKASSAR
Abstrak
Data dari WHO (2002) menunjukan bahwa angka yang sangat memprihatinkan terhadap kematian bayi yang di kenal dengan fenomena 2/3 yaitu : pertama fenomena 2/3 kematian bayi (0-1 tahuan) terjadi pada masa neonatal (bayi baru berumur 0-28 hari). Kedua adalah 2/3 kamatian masa neonatal dan terjadi pada hari pertama. Tujuan penelitan ini untuk menganalisis faktor anemia, emesis grafidarun, keterpaparan asap rokok, dan obat-obatan pada ibu hamil terhadap kejadian persalinan premature. Desain penelitian yang digunakan adalah case control study, dengan kasus adalah kelahiran prematur dan kontrolnya adalah kelahiran normal. Analisis yang digunakan dengan Odds ratio, untuk melihat besar risiko masing-masing faktor terhadap kelahiran prematur.Hasil analisis menunjukkan, anemia ibu hamil bersiko 2,3 kali untuk melahirkan prematur, emesis 2,6 kali, paparan asap rokok 3,7 kali, paparan obat-obatan 3,8 kali masing – masing untuk melahirkan prematur. Berdasarkan hasil tersebut disarankan kepada ibu hamil untuk senantiasa mengontrol kadar hb, dengan mempertahankan antenatal care, mengurangi paparan asap rokok, serta mengendalikan konsumsi obat-obatan yang tidak dianjurkan.
Kata kunci : prematur, asap rokok, obat-obatan. AbstractData from WHO (2002) show that concerned towards baby death at know with phenomenon 2/3 that is: first phenomenon 2/3 baby death (0-1 years) happen in time neonatal (aged new baby 0-28 day). second 2/3 death time neonatal and happen on first. Aim this research is to analyze anaemia factor, emesis grafidarun, eksposure cigarette smoke, and medicines in pregnant mother towards insident premature. Research design that used case control study, with case birth premature and the control birth normal. analysis that used with odds ratio, to see big risk each factor towards birth premature. analysis result shows, pregnant mother anaemia have OR 2,3 times to gives premature, emesis OR. 2,6, cigarette smoke OR 3,7, medicines explanation 3,8 times masing - masing to give birth to premature. based on the result suggested to pregnant mother to always controlss degree hb, with defend antenatal care, decrease cigarette smoke explanation, with restrain medicines consumption is not suggested. Key word : premature, tobacco smoke, drugs. I. PENDAHULUANPersalinan prematur adalah salah satu persalinan yang tidak normal dari segi umur kehamilan, yaitu persalinan yang terjadi pada umur kandungan kurang dari normal yaitu kurang dari 37 minggu atau 259 hari. Pada umur kehamilan ini perkembangan organ – organ, fungsi – fungsi organ dan sistem – sistem belum sempurna, terutama sistem homoestatis. Kondisi ini menyebabkan bayi prematur memiliki risiko yang tinggi untuk mengalami kematian atau menjadi sakit dalam masa neonatal. Data dari WHO (2002) menunjukan bahwa angka yang sangat memprihatinkan terhadap kematian bayi yang di kenal dengan fenomena 2/3 yaitu : pertama fenomena 2/3 kematian bayi (0-1 tahuan) terjadi pada masa neonatal (bayi baru berumur 0-28 hari). Kedua adalah 2/3 kamatian masa neonatal dan terjadi pada hari pertama.Berkaitan dengan kematian bayi di Indonesia, bayi 0-28 hari (neonatal) masih terjadi kematian sebanyak 100.454 bayi ini berarti 273 neonatal meninggal setiap harinya yang berarti pula bahwa setiap satu juta bayi neonatal meninggal dini. Kemungkinan akan terjadi kematian di masa neonatal 20 – 30 kali lebih besar pada bayi yang dilahirkan BBLR dibanding dengan bayi berat normal (1)Dewasa ini Indonesia memiliki angka kejadian prematur sekitar 19% dan merupakan penyebab utama kematian perinatal. Kelahiran prematur juga bertanggung jawab langsung terhadap 75 – 79 kematian neonatal yang tidak disebabkan oleh kongenital letal. Pada tahun 1998, penelitian menunjukan bahwa prematuritas menyebabkan kematian bayi sebesar 61,1% pada kehamilan ganda (2). Angka Kematian Bayi (AKB) di Indonesia pada tahun 1990 sebesar 71/1000 kelahiran hidup. Tahun 1995 turun menjadi 51/1000 kelahiran hidup. Dan tahun 1997 menjadi 41,44/1000 kelahiran hidup.Sulawesi Selatan memiliki Angaka Kematian Bayi (AKB) per 1000 kalahiran hidup pada sensus 1986 sebasar 70/1000 kelahiran hidup. Pada tahun 1995 sebesar 58,2/1000 kelahiran hidup. Tahun 1996 sebesar 32,68/1000 kelahiran hidup. Tahun 1997 sebesar 63,/1000 kelahiran hidup. Tahun 1998 sebesar 57,6/1000 kelahiran hidup. Tahun 1999 sebesar 26,51/1000 kelahiran hidup. Dari 32,68 AKB tahun 1996, sebesar 9,66 % kematian bayi karena prematuritas. Tahun 1997 dari 63,0 AKB, sebesar 11,14 % kematian bayi karena prematuritas, (3).Rumah Sakit Ibu dan Anak Siti Fatimah Makassar terjadi peningkatan angka kematian bayi. Pada tahun 2002 tercatat AKB sebesar 13,03/1000 kelahiran hidup dan sebesar 20,51 % disebabkan karena prematuritas. Tahun 2003 AKB sebesar 18,01/1000 kelahiran hidup dan 23,64% kematian karena prematuritas. Pada tahun 2004 AKB sebesar 27,62/1000 kelahiran hidup. Dan disebabkan karena prematur adalah 38,57%.Pengaruh langsung rokok adalah akibat nikotin yang terkandung di dalamnya. Nikotin ini menimbulkan kontraksi pada pembuluh darah, akibatnya aliran darah ke janin melalui tali pusar janin akan berkurang sehingga mengurangi kemampuan distribusi zat makanan yang diperlukan oleh janin. Selain itu akibat karbondioksida yang terkandung dalam asap rokok akan mengikat hemoglobim dalam darah. Akibatnya akan mengurangi kerja haemoglobin yang mestinya mengikat oksigen untuk disalurkan ke seluruh tubuh. Sehingga rokok akan mengganggu distribusi zat makanan serta oksigen ke janin. Ini meningkatkan risiko kelahiran bayi dengan berat badan kurang, yaitu dibawah 2500 gram. Perlu diingat bahwa setiap hisapan rokok akan mengakibatkan penderitaan pada calon bayi. Berdasarkan penelitian, 1 dari 3 wanita yang merokok lebih dari 20 batang sehari melahirkan bayi dengan berat badan kurang. Juga risiko kelahiran prematur meningkat, yaitu rata-rata dua kali lipat dari wanita bukan perokok. Lebih dari itu risiko keguguran pada usia kehamilan antara minggu ke 28 sampai 1 minggu sebelum persalinan empat kali lebih tinggi dari yang bukan perokok. Belum lagi peningkatan risiko terjadi pendarahan dan sebagainya (4). Keterpaparan obat merupakan salah satu faktor risiko persalinan prematur yang harus diperhatikan juga. Tragedi pada tahun 60-an memberi hikmah tak ternilai pada masyarakat tentang bahaya obat – obatan yang layak diminum oleh ibu hamil. Didapatkan 2-3% kalainan bayi di Amerika karena minum obat. Diketahui jenis obat yang diminum oleh ibu hamil berpengaruh buruk terhadap persalinan. Meski demikian, sekitar 30-60 % wanita masih memerlukan obat karena berbagai kondisi yang dialaminya. Misalnya alasan sakit. (5).Kelahiran prematur juga dapat disebabkan karena adanya emesis gravidarum. Dimana emesis merupakan salah satu tanda adanya stres pada ibu hamil sehingga dapat mengeluarkan hormon kostiroid yang berfungsi mengikat kandungan sehingga mempercepat kelahiran. Kelahiran prematur terjadi sebesar 21% dan 15 % pada tiga bulan berturut – turut pada kisah yang dilaporkan oleh (6).
Tujuan Penelitian.Untuk menganalisis faktor anemia, emesis grafidarun, keterpaparan asap rokok, dan obat-obatan pada ibu hamil terhadap kejadian persalinan premature. II. Metode Penelitian A. Jenis PenelitianJenis penelitian yang digunakan adalah observasional dengan pendekatan case control study untuk mengetahui faktor risiko kejadian persalinan prematur di Rumah Sakit Ibu dan Anak Siti Fatimah Makassar tahun 2006.B. Populasi dan sampel
1. Populasi
Populasi pada penelitian ini adalah seluruh ibu yang melahirkan di Rumah Sakit Ibu dan Anak Siti Fatimah Makassar tahun 2006 mulai Januari 2006 sampai Februari 2006.
2. Sampel
a. Sampel Kasus
Semua ibu yang mengalami persalinan prematur di Rumah Sakit Ibu dan Anak Siti Fatimah Makassar tahun 2006 mulai Januari 2006 sampai Februari 2006, yaitu sebesar 33 orang.
b. Sampel Kontrol
Semua ibu yang tidak mengalami persalinan prematur di Rumah Sakit Ibu dan Anak Siti Fatimah Makassar tahun 2006 selama bulan januari 2006 sampai Februari 2006. Didapatkan kontrol sebesar 99 kasus ( 3 kali jumlah kasus )dan diambil dengan matching paritas dan umur. Dimana frekuensi matching umur yaitu umur reproduksi sehat (20-30 tahun) dan umur reproduksi tidak sehat (<>30 tahun). Dan Frekuensi matching paritas yaitu paritas aman (2-3) dan paritas tidak aman ( 1 dan >3), (7)
3. Cara pengambilan sampel
Pengambilan sampel dilakukan secara incidental sampling pada ibu – ibu yang melahirkan di Rumah Sakit Ibu dan Anak Siti Fatimah Makassar tahun 2006, selama penelitian berlangsung. Sampel kasus diambil langsung seluruh ibu – ibu yang melahirkan prematur, yaitu sebesar 33 orang, sedangkan sampel kontrol dilambil secara simple random sampling, pada ibu – ibu yang melahirkan normal di Rumah Sakit tersebut, yaitu sebesar 99 orang. Pemilihan sampel dilakukan berpasangan (matching) yaitu sampel yang dijadikan kasus dan kontrol dipilih dalam bentuk berpasangan, dengan kata lain untuk setiap kasus dipilih kontrol berdasarkan variabel matching dalam hal ini adalah umur ibu dan paritas.
Teknik pengambilan sampel sebagai berikut:a) Sampal kasus yang berjumlah 33 orang terlebih dahulu dilakukan pengelompokkan umur yaitu kelompok pertama umur produksi sehat (20 -30 tahun), dan kelompok ke dua umur produksi tidak sehat ( <> 30 tahun)b) Sampel kasus yang berjumlah 33 orang juga dikelompokkan berdasarkan paritas aman ( paritas 2-3) dan paritas tidak aman ( paritas 1 dan > 3 ).c) Berdasarkan matching paritas dan umur pada kasus, kemudian dipilih kontrol sebesar 99 orang dengan berdasarkan pengelompokkan variabel matching pada kasus tersebut dengan perbandingan jumlah kasus dan kontrol sebesar 1:3.C.Pengumpulan data
Penelitian ini menggunakan data primer dan data sekunder. Data primer diambil dengan cara wawancara langsung dengan Responden yang sudah ditentukan dan menggunakan kuesioner.
D.Pengolahan dan penyajian data
Data yang diperoleh diolah dengan program SPSS versi 12,00. kemudian data tersebut disajikan dalam bentuk tabel dan disertai penjelasan.
E. Analisis data
Analisis data dilakukan dengan pengujian hipotesis yaitu Hipotesis Nol (Ho). Uji statistik yang digunakan untuk membandingkan antara kasus dan kontrol terhadap faktor-faktor risiko (variabel independent) dengan menggunakan Odds Ratio (8).
III. HASIL PENELITIAN
Penelitian dilaksanakan pada Rumah Sakit Ibu dan Anak Siti Fatimah Makassar selama satu bulan terhitung mulai tanggal 31 Januari 2006 sampai 3 Maret 2006. Penelitian ini dilakukan dengan observasi, dimana peneliti bertemu dan melakukan wawancara langsung langsung dengan responden ( responden sama dengan sampel ). Dari hasil penelitian didapatkan jumlah populasi sebanyak 219 orang dan yang memenuhi syarat sebagai sampel sebesar 33 orang, kemudian dipilih jumlah kontrol sesuai variabel matching dengan perbandingan kasus dan kontrol sebesar 1:3, sehingga didapat sampel kontrol sebesar 99 orang. Jadi jumlah sampel keseluruhan sebesar 132 orang. Dari hasil pengolahan data kemudian disajikan dalam bentuk tabel disertai penjelasan sebagai berikut.
A. Analisis variabel yang diteliti1. Analisis faktor anemia dengan kejadian persalinan prematur. Tabel 1Faktor anemia dengan kejadian persalinan prematur
Di RSIA Siti FatimahMakassar
Tahun 2006
Anemia
Kelahiran prematur
Kelahiran normal
Jumlah
Ya
21
33,3
42
66,7
63
Tidak
12
17,4
57
82,6
69
Total
33
25
99
75
132
Sumber: Data primer
Berdasarkan perhitungan Odds Ratio (OR) terhadap risiko anemia pada tingkat kepercayaan (CI) = 95% dengan nilai lower limit= 1,053 dan Upper Limit= 5,358 maka didapatkan OR sebesar 2,375. Oleh karena nilai Lower Limit dan Upper Limit tidak mencakup nilai satu, maka nilai 2,375 dianggap bermakna antara anemia pada ibu hamil dengan kejadian persalinan prematur. Dengan demikian ibu – ibu pada saat mengandung yang memiliki Hb darah dibawah 11 gram % atau yang menderita anemia mempunyai kemungkinan 2,375 kali lebih besar mengalami kejadian persalinan prematur bila dibandingkan dengan ibu – ibu yang pada saat mengandung memiliki Hb darah 11 gram % keatas atau yang tidak anenia.
2. Analisis faktor emesis gravidarum dengan kejadian persalinan prematurTabel 2Faktor emesis gravidarum dengan kejadian persalinan prematur
Di RSIA Siti FatimahMakassar
Tahun 2006
Emesis gravidarum
Kelahiran prematur
Kelahiran normal
Jumlah
Ya
22
33.8
43
66.2
65
Tidak
11
16.4
56
83.6
67
Total
33
25.0
99
75.0
132
Sumber: Data primer
Berdasarkan perhitungan Odds Ratio (OR) terhadap risiko emesis gravidarum pada tingkat kepercayaan (CI) = 95% maka didapatkan OR sebesar 2,605. Oleh karena itu dianggap bermakna antara emesis gravidarum pada ibu hamil dengan kejadian persalinan prematur. Dengan demikian ibu – ibu yang mengalami emesis gravidarum atau muntah – muntah selama mengandung mempunyai kemungkinan 2,605 kali lebih besar menderita persalinan prematur bila dibandingkan dengan ibu – ibu yang pada saat mengandung tidak mengalami emesis gravidarum atau muntah – muntah.
3. Analisis faktor keterpaparan rokok dengan kejadian persalinan prematur Tabel 3Faktor keterpaparan rokok dengan kejadian persalinan prematur
Di RSIA Siti FatimahMakassar
Tahun 2006
Terpapar rokok
Kelahiran prematur
Kelahiran normal
Jumlah
Ya
17
43.6
22
56.4
39
Tidak
16
17.2
77
82.8
93
Total
33
25.0
99
75.0
132
Sumber: Data primer
Berdasarkan perhitungan Odds Ratio (OR) terhadap risiko keterpaparan rokok pada tingkat kepercayaan (CI) = 95% dengan nilai Lower Limit = 1,620 dan Upper Limit= 8,537 ( 1,620 8,537 ), maka didapatkan OR sebesar 3,719. Oleh karena nilai Lower Limit dan Upper Limit tidak mencakup nilai satu, maka nilai 3,719 dianggap bermakna antara anemia pada ibu hamil dengan kejadian persalinan prematur. Dengan demikian ibu – ibu yang terpapar rokok baik ibu sendiri yang merokok maupun terpapar oleh orang lain selama mengandung memiliki kemungkinan 2,313 kali lebih besar mengalami persalinan prematur bila dibandingkan dengan ibu – ibu yang pada saat mengandung tidak terpapar rokok.
4. Faktor keterpaparan obat dengan kejadian persalinan prematurTabel 4Faktor keterpaparan obat dengan kejadian persalinan prematur
Di RSIA Siti FatimahMakassar
Tahun 2006
Terpapar obat
Kelahiran prematur
Kelahiran normal
Jumlah
Ya
6
30,0
14
70.0
20
Tidak
27
24,1
85
75,9
112
Total
33
25,0
99
75,0
132
Sumber: Data primer
Berdasarkan perhitungan Odds Ratio (OR) terhadap risiko keterpaparan obat pada tingkat kepercayaan (CI) = 95% dengan nilai Lower Limit = 0,472 dan Upper Limit= 3,855 ( 0,472 5,358 ), maka didapatkan OR sebesar 1,349. Oleh karena nilai Lower Limit dan Upper Limit mencakup nilai satu, maka nilai 1,472 dianggap tidak bermakna antara keterpaparan obat pada ibu hamil dengan kejadian persalinan prematur. Sehingga dapat dikatakan tidak ada hubungan antara keterpaparan rokok terhadap kejadian persalinan prematur, atau belum bisa di buktikan kalau ibu – ibu yang terpapar obat berpengaruh terhadap kejadian persalinan prematur.
B. PEMBAHASAN
1. Anemia pada ibu hamilAnemia pada ibu hamil merupakan kondisi dimana kadar haemoglobin dalam darah selama mengandung berada dibawah kadar Hb normal yaitu kurang dari 11 garam %. Hb merupakan zat yang berfungsi mengangkut oksigen ke seluruh jaringan tubuh termasuk ke tubuh janin yang dikandung oleh ibu. Sehingga jika terjadi anemia pada ibu hamil, maka proses pengangkutan oksigen ke seluruh tubuh tersebut akan mengalami gangguan. Sementara oksigen adalah senyawa yang sangat di butuhkan dalam proses metabolisme tubuh, sehingga jika ibu hamil mengalami anemia selama mengandung, secara langsung mempengaruhi kondisi tubuh ibu dan menghambat perkembangan janin yang dikandungnya, sehingga menyebabkan kemungkinan terjadinya persalinan prematur.Penelitian ini mengelompokan sampel yang terkena anemia dengan melihat jumlah kadar Hb dalam darah. Ibu yang dikatakan menderita anemia apa bila dalam darahnya terdapat kadar Hb kurang dari 11 gram%. Dan tidak menderita anemia apa bila dalam darahnya mengandung kadar Hb 11 gram% atau lebih.Hasil penelitian ini menunjukan bahwa ibu hamil yang mengalami anemia berpeluang mengalami persalinan prematur (33,3 %). Analisis satistik menunjukkan bahwa ibu hamil yang mengalami anemia selama hamil mempengaruhi persalinan prematur dengan nilai Odds Ratio 2,375 ( OR = 2,375), atau ibu hamil yang mengalami anemia selama mengandung berpeluang mengalami persalinan prematur 2,375 kali lebih besar dibanding dengan ibu hamil yang tidak anemia.Teori yang dikemukakan oleh De Meeyer bahwa anemia ibu hamil dapat mengakibatkan berkurangnya suplai oksigen ke jaringan sehingga akan mengganggu pertumbuhan janin. Sehingga akan memperkuat risiko terjadinya persalinan prematur dan berat badan bayi lahir rendah.Masalah prematur sangat berkaitan erat dengan berat badan lahir rendah. Dan bahkan seorang ahli yang bernama Gheentill mendefinisikan bahwa bayi prematur ialah bayi yang lahir denag berat badan kurang dari 2500 gram (9). Hasil penelitian Sakia Angreani (10) menunjukkan bahwa anemia ibu hamil sangat berpengaruh terhadap kejadian BBLR dengan nilai OR=2,33. dan hasil penelitian bahar (2003) menunjukkan bahwa ibu yang menderita anemia selama mengandung memiliki risisko 4,88 (OR = 4,8 untuk menderita BBLR. Peneliti mengasumsikan kalau hasil – hasil penelitian tersebut didukung oleh hasil penelitian ini. 2. Emesis gravidarumEmesis gravidarum merupakan kondisi muntah – muntah yang terjadi pada ibu hamil. Muntah dapat menyebabkan kekurangan cairan (dehidrasi), kehilangan alkali dalam jaringan tubuh (asidosis) karena kelaparan, alkalosis karena kehilangan asam hipokrik dan kekurangan kalium. Muntah berlebih mengakibatkan cadangan karbohidrat dan lemak habis terpakai untuk keperluan energi. Penguraian lemak yang tidak sempurna menimbulkan asam aseton-asetik, asam hidroksi butirik dan aseton di dalam darah. Sedangkan dehidrasi membuat cairan ekstra seluler dan plasma berkurang. Natrium dan klorida dalam darah turun. Dan membuat hemo konsentrasi sehingga aliran darah ke jaringa turun. Sehingga kondisi ini dapat memperkuat terjadinya persalinan prematur. Beberapa peneliti mengungkapkan bahwa kejadian emesis merupakan salah satu tanda adanya stres pada ibu hamil. Penelitian ini mengelompokkan sampel yang dikatakan emesis adalah apa bila frekuensi emesis yang dialami oleh ibu paling sedikit tiga kali per pekannya.Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa ibu hamil yang mengalami emesis berpeluang melahirka bayi prematur ( 33,8 % ). Analisis statistik menunjukkan bahwa ibu hamil yang mengalami emesis gravidarum mempengeruhi terjadinya persalinan prematur dengan nilai OR sebesar 2,605( OR = 2,605 ), atau ibu hamil yang mengalami emesis selama mengandung berpeluang mengalami persalinan prematur 2,605 kali lebih besar dibanding dengan ibu hamil yang tidak emesis.Berdasarkan hasil Analisis literatur bahwa emesis dapat menyebabkan terjadinya perslinan permatur. Dan hasil penelitian ini mendukung hasil analisis literatur tersebut. Hasil penelitian Makkaraus (11) yang melihat faktor risiko antara stress dengan BBLR, dimana kriteria stres yang diungkapkan adalah adanya emesis, hiperemesis, mual, muntah dan BBLR identik dengan prematur mendapatkan hasil hubungan yang signifikan dengan nilai OR sebesar 3,3 dan P= 0,000 < 0,005. Sehingga peneliti mengasumsikan kalau hasil penelitian ini mendukung hasil penelitian tersebut.3. Keterpaparan rokok pada ibu hamil.Pengaruh Nikotin yang terkandung didalam rokok minimbulkan kontraksi pada pembuluh darah, akibatnya aliran darah ke tali pusar janin akan berkurang sehingga mengurangi kemampuan distribusi zat yang diperlukan oleh janin. Selain itu karbonmonoksida dari asap rokok akan mengikat Hb dalam darah yang menyababkan distribusi zat makanan dan oksigen yang disuplai ke janin menjadi terganggu, sehingga kondisi ini dapat berrisiko melahirkan bayi prematur. Dalam penelitian ini didapatkan ibu terpapar rokok dari keluarga yang satu tampat tinggal dengan ibu dan dari perokok yang satu tempat kerja dengan ibu. Sehingga disimpulkan bahwa 100% ibu yang terpapar rokok sebagai perokok pasif. Peneliti mengelomokkan ibu yang terpapar rokok dengan melihat jumlah minimal rokok yang terpapar pada ibu sebesar lebih dari lima batang per hari. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa ibu hamil yang terpapar rokok berpeluang melahirka bayi prematur ( 43,6 % ). Keterpaparan rokok pada ibu hamil dalam penelitian ini menunjukan bahwa pada analisis statistik didapatkan nilai OR sebasar 3,719 ( OR=3,719) sehingga dapat disimpulkan bahwa ada hubungan antara ibu hamil yang terpapar rokok dengan kejadian persalinan prematur atau ibu hamil yang terpapar rokok selama hamil berpeluang 2,313 kali lebih besar dibanding dengan ibu hamil yang tidak terpapar rokok.Hasil penelitian makarraus yang menganalisis hubungan faktor risiko merokok dengan BBLR, dimana BBLR identik dengan bayi prematur mendapatkan hasil hubungan yang signifikan dengan nilai OR sebesar 2,2 dan P= 0,02 < 0,05. Sehingga peneliti mengasumsikan kalau hasil penelitian ini mendukung hasil penelitian tersebut.4. Keterpaparan obat Hasil analisis terhadap berbagai literatur, ternyata konsumsi obat – obatan bagi wanita hamil dapat bersifat teratogenik, karena senyawa kimia yang dikandung di dalam obat dapat menimbulkan kelainan bawaan pada bayi (kongenital) termasuk malformasi bawaan dan kelainan fungsional mayor maupun minor. Sehingga kondisi ini dapat menyebabkan terjadinya persalinan prematur.Penelitaian ini mengelompokkan sampel yang terpapar obat dengan melihat jenis obat yang dikonsumsi oleh ibu. Jenis obat yang dimaksud dalam penelitian ini adalah obat asma, obat anti biotik, obat analgesik, obat malaria, obat hipertensi, obat batuk, obat flu, dan jenis obat lain yang terkait dengan penyakit tertentu. Jenis vitamin dan mineral tidak dikatakan obat dalam penelitian ini.Pada penelitian ini tidak menunjukkan adanya hubungan antara variabel dependen dengan independen atau tidak ada hubungan antara keterpaparan obat dengan kejadian persalinan prematur. Hasil analisis statistik menunjukkan nilai Odds Ratio sebesar 1,349 (OR=1,349). Sehingga dapat disimpulkan bahwa faktor risiko keterpaparan obat dalam penelitian ini, belum dapat dibuktikan mempengaruhi kejadian persalinan prematur.Pada umumnya responden dalam penelitian ini mengkonsumsi obat – obatan selama kehamilan masih terkait dengan anjuran medis. Sehingga obat yang dikonsumsi masih tergolong aman bagi janin dan bayi yang dilahirkan. Berbeda dengan kondisi di Amerika, dewasa ini diperkirakan 2-3 % wanita hamil memerlukan obat karena berbagai kondisi yang dialami. Misalnya hipertensi, kencing manis, epilepsi, dan asma. Berdasarkan kajian literatur, di Amerika diperkirakan sekitar 7 – 15% ibu hamil menggunakan obat tanpa melalui ketentuan medis ( 12).Penutup. Ucapan terima kasih kepada, Siti Kurniati yang telah dengan tekun mengumpulkan data di RS St. Fatimah Makassar. Terima kasih juga kepada pihak RS St.Fatimah yang memberi kesempatan untuk menggunakan data rekam medik untuk kebutuhan penelitian ini. Terima kasih juga kepada sejawat di Jurusan Epidemiologi FKM Unhas yang telah mereview artikel ini untuk dipublikasi.IV. SIMPULAN DAN SARANA.
SimpulanDari hasil penelitian ini faktor risiko kejadian persalinan permatur di Rumah Sakit Ibu dan Anak Siti Fatimah Makassar tahun 2006 dapat disimpulkan sebagai berikut:
Ibu hamil yang mengalami anemia selama mengandung berpeluang mengalami persalinan prematur 2,375 kali lebih besar dibanding dengan ibu hamil yang tidak anemia.
Ibu hamil yang mengalami emesis gravidarum selama mengandung berpeluang mengalami persalinan prematur 2,605 kali lebih besar dibanding dengan ibu hamil yang tidak emesis.
Ibu hamil yang terpapar rokok selama hamil berpeluang 3,719 kali lebih besar untuk melahirkan prematur dibanding dengan ibu hamil yang tidak terpapar rokok.
Faktor risiko keterpaparan obat dalam penelitian ini, belum dapat dibuktikan mempengaruhi kejadian persalinan prematur.
B. SARAN
Berdasarkan kesimpulan diatas, peneliti menyarankan :
Disarankan pada pemerintahkota untuk melakukan penyuluhan kepada masyarakat khususnya pada kaum pria untuk merubah perilaku mengkonsumsi rokok
Disarankan pada ibu – ibu hamil untuk menjaga kesehatan tubuh terutama masalah kecukupan gizi dan diupayakan untuk tidak stres lebih khusus selama proses kehamilan.
Disarankan pada ibu – ibu yang mempunyai keluarga yang merokok untuk mengingatkan dan menasehati keluarganya yang merokok tersebut untuk berhenti merokok, minimal kalaupun merokok untuk tidak merokok didekat ibu yang sedang mengandung sehingga ibu terhindar dari paparan asap rokok
Disarankan pada ibu hamil tidak mengkonsumsi obat yang tidak terkait dengan anjuran medis selama proses kehamilan, dan kalupun mengkonsumsi obat tidak dapat dihindari lagi, mungkin karena alasan sakit, maka disarankan memilih obat yang memiliki efek yang tidak mempengaruhi kandungan atau memiliki efek mengganggu kandungan yang sangat minimal.
DAFTAR PUSTAKA
1. Depkes
, RI.Indonesia Sehat 2010.2. Pancawati Erni. 2002. “Hubungan Antara Perawatan Post Natal dengan Kesehatan Bayi Prematur”. FK. Unhas.Makassar.3. BPS ; Depkes Sulsel, 2005. Profil kesehatan sulsel,4. Okki Syahbana, 2001. Pengaruh rokok terhadap kesehatan, Jakrta.5. Buletin primagama Vol.1 edisi 2 Juli-Agustus 19996. Journal of Health hand social behavior, 2001.7. Lameshow Standley dkk. 1997. “Besar Sampel dalam Penelitian Kesehatan “Gadjah Mada University Press”Yogyakarta.8. Bustan M.N., 1997. “Pengantar Epidemologi”, FKM Unhas. Makassar.9. Bahar. 2003. “Analisis Faktor Risiko BBLR di Rumah Sakit Bersalin Sungguminasa Kab. Gowa. Tesis Program Pasca Sarjana Unhas. Makassar. 10. Anggereani Sakia. 203. Faktor risiko BBLR di PKM Kassi-Kassi. PPS Unhas.11. Makkaraus. 2004. “Analisis Faktor yang Berhubungan dengan Kejadian Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR) di RS Stella Maris dan RSIA Catherina Booth Makassar. Tesis Program Pasca Sarjana Unhas. Makassar. 12. Pritchard, Gant MacDonald. 1991. “Obstetrik Williams” Edisi ke 17, PT. Airlangga University Press. Jakarta.
( kuliahbidan.worldpress.com)

Tidak ada komentar: